Thursday 18 October 2018

Nutrition, Agriculture and the Global Food System in Low and Middle Income Countries

Obesitas merupakan kondisi penumpukan lemak tinggi dalam tubuh yang mana mengakibatkan berat badan berada di luar batas ideal. Obesitas juga dikenal dengan istilah "kegemukan". Walaupun terkesan hal yang umum dan biasa saja, obesitas tidak dapat dianggap remeh karena sejumlah komplikasi dan penyakit kronis dapat terjadi karena obesitas, seperti penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, stroke, dan lainnya.

Obesitas merupakan masalah nutrisi yang banyak terjadi di negara berpenghasilan tinggi. Akan tetapi, permasalahan obesitas tersebut kini mulai berkembang di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah (LMIC/Low and Middle Income Countries).  Fokus di negara LMIC terhadap masalah obesitas tersebut masih sangat kurang karena pemerintah masih terpaku pada permasalahan pemenuhan nutrisi bagi masyarakat yang mengalami malnutrisi.

Dalam artikel berjudul "Nutrition, Agriculture and the Global Food System in Low and Middle Income Countries" oleh Barry M. Popkin, dikatakan bahwa penyebab kasus obesitas pada negara LMIC tersebut disebabkan pergeseran rantai pangan dan pola pangan. Dari sisi nutrisi, terdapat 2 permasalahan utama yang diangkat sebagai berikut:
1. Fokus pada 1000 hari pertama kehidupan manusia
    Penulis membahas bahwa dalam menyelesaikan masalah malnutrisi, pemenuhan dan perbaikan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan manusia saja tidak cukup. Hal tersebut disebabkan permasalahan nutrisi merupakan permasalahan intergenerasi yang berarti pemenuhan gizi harus fokus pada keseluruhan fase/tahap kehidupan manusia. Pemfokusan nutrisi tidak dilakukan pada ibu hamil atau bayi yang baru lahir saja, tetapi juga diperlukan perhatian pada nutrisi remaja putri dan wanita muda. Pemenuhan gizi tersebut perlu dilakukan mulai ketika tahap remaja dan dewasa karena pada akhirnya remaja putri yang beranjak dewasa tersebut juga akan menjadi seorang ibu, yang mana akan mempengaruhi masa kehamilan dan anaknya pada generasi berikutnya. Siklus-siklus tersebut akan terus berulang hingga pemenuhan gizi tidak hanya dilakukan pada 1000 hari pertama kehidupan, tetapi pada seluruh tahap kehidupan manusia.

2. Pola makan tradisional & konsumsi makanan segar
  Seiring berkembangnya dunia, kehidupan juga semakin modern. Kemodernan tersebut juga mempengaruhi gaya hidup masyarakat yang semakin urban. Masyarakat cenderung mengonsumsi makanan olahan yang lebih praktis dan cepat saji. Perubahan gaya hidup dan pola makan tersebut membuat kembali ke pola makan tradisional (makanan segar) menjadi hal yang sulit dilakukan. Terlebih, retail-retail modern yang menjual berbagai makanan olahan cepat saji berkembang sangat pesat. Perubahan pola makan kembali ke tradisional yaitu dengan mengonsumsi makanan segar menjadi terbatas dilihat dari sisi ketersediaan, kesegaran, dan juga harga di konsumen akhir. Selain itu, makanan olahan yang menggunakan bahan tambahan pangan yang meningkatkan sensori makanan menjadi faktor lain penyebab sulitnya kembali ke pola makan tradisional.

Penelitian menunjukkan bahwa pergeseran pola makan ke makanan olahan tidak hanya terjadi di negara berpenghasilan tinggi, tetapi juga mulai terjadi di negara LMIC. Negara-negara LMIC pada umumnya merupakan negara yang baru mengalami perkembangan ekonomi dan mulai mengarah pada gaya hidup urbanisasi, yang mana menuntut pangan praktis dan cepat saji. Namun, di sisi lain, penghasilan masyarakat LMIC yang menengah juga membatasi pilihan makanan yang dapat dijangkau. Pembelian makanan segar di retail-retail modern juga sulit dilakukan masyarakat LMIC karena harga makanan segar di retail modern cenderung lebih mahal sehingga sulit dijangkau. Hal tersebut menyebabkan kebanyakan masyarakat LMIC akhirnya malah mengonsumsi makanan cepat saji dengan harga relatif murah, dimana makanan dengan karakteristik tersebut memiliki kalori tinggi tapi tidak mengandung nutrisi atau gizi yang mencukupi. Makanan dengan ciri tersebut disebut dengan "empty calories". Kurangnya pengetahuan masyarakat LMIC menjadi faktor lain kurangnya selektivitas dalam mengonsumsi makanan. Sebagian besar masyarakat LMIC, terutama yang berpengetahuan rendah hanya mementingkan makanan yang relatif murah dan dapat mengenyangkan (tidak memperhatikan nutrisi). Hal inilah yang memicu obesitas di negara LMIC.

Melihat fenomena tersebut, penulis membahas bahwa diperlukan riset-riset yang mendalami dampak yang dapat ditimbulkan dari pergeseran pola makan di negara LMIC dalam jangka waktu panjang.

No comments:

Post a Comment