Thursday 27 September 2018

Seed Sovereignty, Food Security

Vandana Shiva merupakan seorang aktivis lingkungan asal India yang menulis berbagai buku terkenal. Salah satu buku karya beliau yang terkenal yaitu mengenai "Seed Sovereignty, Food Security". Penulisan buku tersebut dilatarbelakangi oleh 2 persoalan yaitu persoalan internal dan eksternal. Persoalan internal yaitu mengenai masalah petani India yang dipaksa menggunakan bahan-bahan kimia (harga cukup tinggi) sehingga mengakibatkan menumpuknya hutang para petani, stress, para petani terserang penyakit, dan berujung pada bunuh diri. Sedangkan persoalan eksternal yaitu mengenai pengambilan bibit-bibit India ke perkembangan benih internasional (menjadi hak milik internasional). Kedua persoalan tersebut yang memicu penulisan buku mengenai "kedaulatan benih".

Berikut akan dipaparkan beberapa hal yang tercantum dalam buku karya Vandana Shiva tersebut.

Regulasi Benih di Eropa
Regulasi di Eropa tersebut menyatakan bahwa varietas-varietas benih yang diperbolehkan untuk diperdagangkan di pasar hanyalah varietas benih yang telah terdaftar di CPVO (Community Plant Variety Office). Pendaftaran varietas benih ke dalam CPVO tersebut cukup sulit dikarenakan kriteria ketat yang harus dipenuhi benih sebagai salah satu syarat. Terdapat 3 kriteria varietas benih dalam CPVO yaitu distinctness (keunikan), uniformity (keseragaman), stability (kestabilan). Ketatnya regulasi benih berdasarkan CPVO tersebut menyebabkan variasi dari varietas-varietas benih di Eropa semakin menurun. Perancis memperjuangkan mengenai kebebasan benih melalui "The Peasant Seed Network". Aliansi tersebut dilatarbelakangi fakta bahwa sekitar 80% varietas sayuran asli Perancis perlahan hilang digantikan dengan varietas-varietas komersil saja. Di Amerika, terdapat Native American Seed Bank yang bertujuan untuk menjaga varietas-varietas asli Amerika agar tidak punah atau hilang.

GMO (Genetically Modified Organism)
Selain membahas mengenai seed sovereignty, buku ini juga mebahas mengenai food security. Salah satu isu yang dibahas yaitu mengenai GMO. Beberapa negara melarang penggunaan atau peredaran produk hasil GMO. Seluruh wilayah di Swiss menyetujui untuk menunda produk GMO selama periode 5 tahun. Italia (Tuscany) melarang kultivasi tanaman transgenik. Gerakan para ibu di Amerika memiliki kekhawatiran terhadap produk-produk GMO dan mendukung terciptanya makanan bebas GMO (GMO free food). Gerakan para ibu di Amerika ini diikuti oleh negara lainnya seperti di Afrika dan Irlandia. ANPE Peru yang bergerak dalam bidang agroekologi sepakat untuk menangguhkan (suspensi) GMO selama 10 tahun. Sedangkan di Argentina, terbagi menjadi 2 kubu yaitu pemerintah yang mendukung GMO dan para ibu di Ituzaingo yang menentang GMO. Alasan yang melatarbelakangi para ibu di Ituzaingo menentang GMO yaitu kekhawatiran akan bahaya dari kelebihan bahan-bahan berkimia (ada kasus mengenai anak yang mengalami kelebihan bahan kimia).

Penentangan GMO tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa alasan seperti kekhawatiran petani mengenai potensi kerugian yang diperoleh karena regulasi yang hanya memperbolehkan bibit transgenik di pasaran sehingga para petani menjadi terbatasi dalam memperdagangkan bibit-bibit yang ditanamnya. Selain itu, juga didukung beberapa penelitian yang menunjukkan potensi bahaya GMO terhadap kesehatan seperti tumor hati, ginjal, dan lainnya.


Thursday 20 September 2018

Pesta Lomban di Jepara

Jepara merupakan salah satu wilayah di Jawa yang masih kental dengan budaya dan tradisi. Sebuah upacara tradisional "Sedekah Laut" atau "Pesta Lomban" masih dijalankan secara rutin oleh masyarakat Jepara. Sedekah Laut merupakan jenis upacara yang pada awalnya dilakukan para kelompok nelayan di Ujung Batu, Jepara sebagai ucapan syukur dan permohonan kepada penguasa laut. Para nelayan merasa bahwa sumber kehidupan mereka bergantung dari laut. Tradisi tersebut lama-kelamaan diikuti oleh masyarakat sekitar. Sedekah Laut dilaksanakan pada 8 Syawal (1 minggu setelah Idul Fitri).

Sedekah Laut terdiri dari beberapa rangkaian acara. Beberapa acara penting dalam Sedekah Laut yaitu larungan, perang teluk, dan festival kupat lepet.
a. Larungan merupakan prosesi melarungkan/menghanyutkan kepala kerbau dalam perahu disertai barang-barang lain seperti kupat dan lepet sebagai sesaji kepada penguasa laut.
b. Perang teluk merupakan prosesi kompetisi antara peserta Sedekah Laut dengan menggunakan kupat dan lepet sebagai amunisi/peluru. Perang Teluk ini diadakan untuk mengenang dan menghormati jasa Ratu Kalinyamat (salah satu tokoh legenda Jepara) yang telah berjuang melawan Malaka.
c. Festival kupat lepet merupakan acara yang diadakan untuk menggabungkan masyarakat pesisir dan agraris Jepara. Pada festival kupat lepet, disajikan kupat dan lepet dengan jumlah sesuai tahun diadakannya festival tersebut.

Dalam setiap upacara tradisional, terdapat makanan atau sajian penting yang identik atau menjadi ciri dari upacara tersebut. Upacara Sedekah Laut sendiri identik dengan kupat dan lepet. Kupat atau ketupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan pembungkus anyaman dari janur (daun kelapa yang masih muda). Sedangkan lepet merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan dan parutan kelapa yang dibungkus dalam janur. 

Kupat dan lepet tersebut tidak hanya sebagai sesaji dalam upacara tersebut, melainkan memiliki filosofi dan makna tersendiri. Berkaitan dengan Sedekah Laut yang diadakan 1 minggu setelah Idul Fitri, filosofi kupat dan lepet juga memiliki kaitan dengan Idul Fitri. Kupat memiliki 2 filosofi yaitu ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat bermakna bahwa seseorang harus meminta maaf kepada sesamanya jika melakukan kesalahan. Sedangkan laku papat menggambarkan 4 arti yaitu:
a. Lebaran dari kata lebar memiliki 2 arti yaitu pintu permintaan maaf telah dibuka lebar dan bahwa masa berpuasa telah usai atau selesai.
b. Luberan dari kata luber memiliki arti bahwa kita harus membagikan rejeki atau apa yang kita punya kepada sesama terutama bagi yang kurang beruntung.
c. Leburan dari kata lebur memiliki arti meleburkan atau menghancurkan dosa kita dengan saling meminta maaf dengan sesama.
d. Laburan dari kata labur yang berarti kapur memiliki arti bahwa hati para Muslim yang menjalankan puasa akan berubah menjadi putih dan bersih seperti layaknya kapur.
Sedangkan lepet memiliki filosofi yaitu dari bahasa Jawa "Silep Kang Rapet" yang berarti ditutup dengan baik dan rapat. Makna dari filosofi tersebut yaitu seluruh kesalahan yang telah diakui atau disebutkan maka harus disimpan dengan rapat dan tidak boleh diungkit kembali atau dibicarakan dengan orang lain.

Thursday 13 September 2018

The Village Hub - A Sweet Sustainable Solution


Video di atas merupakan sebuah film dokumenter yang menunjukkan perubahan positif yang dibawakan oleh seorang peneliti kehutanan (forestry engineer) yaitu Dr. Willie Smits terhadap budaya masyarakat daerah Tondano (Sulawesi Utara).

Beberapa wilayah di Indonesia terutama wilayah pedalaman masih memiliki banyak penduduk yang menganggur, salah satunya yaitu wilayah sekitar Tondano di Sulawesi Utara. Sebagian besar penduduk yang tidak memiliki pekerjaan tersebut mencari penghasilan melalui pengolahan nira aren. Kondisi geografis di wilayah Tondano, Sulawesi Utara tersebut mendukung pertumbuhan tanaman aren sehingga pohon-pohon aren cukup melimpah. Awalnya, penduduk sekitar hanya memanfaatkan sebagian besar nira aren tersebut untuk diolah menjadi tuak (minuman beralkohol), sedangkan pengolahan menjadi gula aren hanya sedikit. Pengolahan tuak aren tersebut juga mempengaruhi budaya masyarakat sekitar yaitu kebiasaan meminum minuman keras yang cukup intens. Mayoritas penduduk merupakan peminum tuak, bahkan pada usia yang masih muda yaitu sekitar 14 tahun.

Seorang ahli kehutanan dari luar negeri yang bernama Dr. Willie Smits kemudian mulai mengenalkan teknologi pengolahan nira aren menjadi gula aren dan bioetanol. Pengenalan teknologi oleh Dr. Willie tersebut mampu mengubah budaya minum-minum masyarakat tersebut. Nira aren yang dipanen tidak lagi diolah menjadi tuak, tetapi diproses menjadi gula aren dan bioetanol. Dr. Willie juga mengenalkan teknologi zero-waste dalam proses pengolahan nira aren tersebut, dimana menciptakan sistem yang berkelanjutan (sustainable) dengan memanfaatkan kembali produk-produk samping hasil pemrosesan nira aren.

Pengenalan dan pendekatan yang diberikan Dr. Willie tersebut mampu memberikan pengayaan teknologi, ilmu pengetahuan (membuka wawasan masyarakat), dan juga mempengaruhi pola pikir masyarakat menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

Thursday 6 September 2018

Kebiasaan Pangan

Setiap individu memiliki gaya hidup dalam mengonsumsi pangan atau makanan yang berbeda-beda. Sebagai contoh terdapat /sebagian orang yang harus mengonsumsi nasi agar dapat merasa kenyang, ada orang yang telah terbiasa harus mengonsumsi sayur, juga ada orang yang tidak dapat mengonsumsi sayur sama sekali, dan lainnya. Perbedaan gaya hidup berkaitan kebiasaan pangan individu tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut:

Agama
Agama yang dianut individu dapat mempengaruhi kebiasaan pangan karena beberapa agama memiliki batasan tersendiri mengenai pangan yang dianggap dapat dikonsumsi dan tidak dapat/sebaiknya dihindari untuk dikonsumsi. Sebagai contoh sebagian penganut Buddha menghindari mengonsumsi produk hewani yang disebut dengan vegetarian, penganut Islam yang menghindari makanan yang dianggap tidak halal seperti babi, penganut Hindu tidak mengonsumsi sapi karena sapi merupakan hewan yang suci atau sakral menurut kepercayaan agama Hindu.

Ekonomi
Ekonomi dapat dikatakan sebagai skala besar dari kesejahteraan. Perekonomian suatu negara mempengaruhi kebiasaan pangan masyarakatnya. Masyarakat negara maju seperti Jepang yang memiliki perekonomian lebih baik dibandingkan negara berkembang seperti Indonesia, India akan memiliki pola makan yang lebih baik dan berbeda.

Suku/bangsa
Setiap suku dan bangsa pada umumnya memiliki kebiasaan pangan tersendiri yang telah diturunkan secara turun temurun dari zaman dahulu. Misalnya pada beberapa bangsa tindakan menyeruput makanan (berbunyi) merupakan tindakan yang dianggap tidak sopan, tetapi bagi bangsa Jepang merupakan tindakan sopan sebagai tanda menikmati makanan tersebut. Contoh lainnya yaitu di Cina tindakan mengangkat mangkuk saat makan dianggap sopan karena tidak terkesan malas, sedangkan sebaliknya di Korea selatan tindakan tersebut dianggap tidak sopan (mangkuk harus diletakkan di meja saat makan).

Lingkungan/keluarga
Keluarga dan lingkungan sekitar merupakan salah satu faktor kuat yang menentukan kebiasaan pangan seseorang. Misalnya terdapat keluarga yang sejak dini telah membiasakan anaknya untuk mengonsumsi sayur, sedangkan terdapat jg keluarga lain yang membebaskan anaknya mengonsumsi makanan yang diinginkan sehingga lama-kelamaan anak tersebut tidak suka, tidak mau, dan tidak dapat mengonsumsi sayur. Contoh lain yaitu kebiasaan makan di lingkungan Batak, Jawa, Bali, Manado, dan lainnya berbeda. Walaupun sama-sama mengonsumsi daging anjing, tetapi cara pengolahan daging anjing di lingkungan Batak dan Manado berbeda.

Geografis
Letak geografis tempat tinggal juga sangat mempengaruhi kebiasaan makan, karena juga berkaitan dengan ketersediaan pangan di daerah. Sebagai contoh masyarakat yang tinggal di pesisir cenderung menyukai ikan, sedangkan masyarakat yang tinggal di hutan cenderung menyukai sayur-sayuran dan binatang buran (rusa, babi hutan, dan lainnya).

Kebutuhan khusus
Kondisi atau status kesehatan seseorang juga mempengaruhi pangan yang dikonsumsi. Atlit membutuhkan asupan energi dan protein yang tinggi untuk mendukung aktivitas latihan fisik yang ketat. Penderita diabetes harus dengan ketat membatasi konsumsi karbohidrat dalam dietnya. Selain itu, juga terdapat sebagian orang yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu seperti seafood, telur, dan lainnya.

Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan kebiasaan pangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan bersikap lebih berhati-hati dan selektif dalam mengonsumsi makanan, misalnya akan terbiasa mencuci tangan sebelum makan menggunakan tangan (karena pengetahuan mengenai mikroba di tangan dan kaitannya terhadap kesehatan).

Usia
Usia secara tidak langsung juga dapat membatasi pangan yang dikonsumsi. Bayi masih tidak dapat mengonsumsi nasi dan makanan pedas. Orang berusia lanjut juga umumnya akan cenderung mengonsumsi makanan yang bertekstur lunak.

Teknologi
Seiring berkembangnya teknologi, mulai tercipta berbagai inovasi makanan. Salah satunya yaitu memanfaatkan nitrogen dalam pembuatan es krim.

Kesejahteraan
Semakin tinggi tingkat kesejahteraan seseorang maka semakin tinggi juga sifat selektif orang tersebut. Misalnya karyawan dengan jabatan tidak terlalu tinggi masih mau mengonsumsi jajanan di pinggir jalan, sedangkan atasan berjabatan tinggi umumnya akan mengonsumsi makanan yang berasal dari restoran saja.

Takhyul
Terdapat sebagian kecil masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap takhyul berkaitan dengan makanan tertentu. Misalnya ada kepercayaan bahwa kesaktian dapat diperoleh dengan mengonsumsi cula badak (di Indonesia dan Cina).

Kebiasaan makan tersebut yang secara turun temurun diturunkan lama kelamaan akan membentuk suatu budaya makanan. Kebiasaan makan dan budaya secara timbal balik saling mempengaruhi satu sama lain.