Thursday 6 September 2018

Kebiasaan Pangan

Setiap individu memiliki gaya hidup dalam mengonsumsi pangan atau makanan yang berbeda-beda. Sebagai contoh terdapat /sebagian orang yang harus mengonsumsi nasi agar dapat merasa kenyang, ada orang yang telah terbiasa harus mengonsumsi sayur, juga ada orang yang tidak dapat mengonsumsi sayur sama sekali, dan lainnya. Perbedaan gaya hidup berkaitan kebiasaan pangan individu tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut:

Agama
Agama yang dianut individu dapat mempengaruhi kebiasaan pangan karena beberapa agama memiliki batasan tersendiri mengenai pangan yang dianggap dapat dikonsumsi dan tidak dapat/sebaiknya dihindari untuk dikonsumsi. Sebagai contoh sebagian penganut Buddha menghindari mengonsumsi produk hewani yang disebut dengan vegetarian, penganut Islam yang menghindari makanan yang dianggap tidak halal seperti babi, penganut Hindu tidak mengonsumsi sapi karena sapi merupakan hewan yang suci atau sakral menurut kepercayaan agama Hindu.

Ekonomi
Ekonomi dapat dikatakan sebagai skala besar dari kesejahteraan. Perekonomian suatu negara mempengaruhi kebiasaan pangan masyarakatnya. Masyarakat negara maju seperti Jepang yang memiliki perekonomian lebih baik dibandingkan negara berkembang seperti Indonesia, India akan memiliki pola makan yang lebih baik dan berbeda.

Suku/bangsa
Setiap suku dan bangsa pada umumnya memiliki kebiasaan pangan tersendiri yang telah diturunkan secara turun temurun dari zaman dahulu. Misalnya pada beberapa bangsa tindakan menyeruput makanan (berbunyi) merupakan tindakan yang dianggap tidak sopan, tetapi bagi bangsa Jepang merupakan tindakan sopan sebagai tanda menikmati makanan tersebut. Contoh lainnya yaitu di Cina tindakan mengangkat mangkuk saat makan dianggap sopan karena tidak terkesan malas, sedangkan sebaliknya di Korea selatan tindakan tersebut dianggap tidak sopan (mangkuk harus diletakkan di meja saat makan).

Lingkungan/keluarga
Keluarga dan lingkungan sekitar merupakan salah satu faktor kuat yang menentukan kebiasaan pangan seseorang. Misalnya terdapat keluarga yang sejak dini telah membiasakan anaknya untuk mengonsumsi sayur, sedangkan terdapat jg keluarga lain yang membebaskan anaknya mengonsumsi makanan yang diinginkan sehingga lama-kelamaan anak tersebut tidak suka, tidak mau, dan tidak dapat mengonsumsi sayur. Contoh lain yaitu kebiasaan makan di lingkungan Batak, Jawa, Bali, Manado, dan lainnya berbeda. Walaupun sama-sama mengonsumsi daging anjing, tetapi cara pengolahan daging anjing di lingkungan Batak dan Manado berbeda.

Geografis
Letak geografis tempat tinggal juga sangat mempengaruhi kebiasaan makan, karena juga berkaitan dengan ketersediaan pangan di daerah. Sebagai contoh masyarakat yang tinggal di pesisir cenderung menyukai ikan, sedangkan masyarakat yang tinggal di hutan cenderung menyukai sayur-sayuran dan binatang buran (rusa, babi hutan, dan lainnya).

Kebutuhan khusus
Kondisi atau status kesehatan seseorang juga mempengaruhi pangan yang dikonsumsi. Atlit membutuhkan asupan energi dan protein yang tinggi untuk mendukung aktivitas latihan fisik yang ketat. Penderita diabetes harus dengan ketat membatasi konsumsi karbohidrat dalam dietnya. Selain itu, juga terdapat sebagian orang yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu seperti seafood, telur, dan lainnya.

Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan kebiasaan pangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan bersikap lebih berhati-hati dan selektif dalam mengonsumsi makanan, misalnya akan terbiasa mencuci tangan sebelum makan menggunakan tangan (karena pengetahuan mengenai mikroba di tangan dan kaitannya terhadap kesehatan).

Usia
Usia secara tidak langsung juga dapat membatasi pangan yang dikonsumsi. Bayi masih tidak dapat mengonsumsi nasi dan makanan pedas. Orang berusia lanjut juga umumnya akan cenderung mengonsumsi makanan yang bertekstur lunak.

Teknologi
Seiring berkembangnya teknologi, mulai tercipta berbagai inovasi makanan. Salah satunya yaitu memanfaatkan nitrogen dalam pembuatan es krim.

Kesejahteraan
Semakin tinggi tingkat kesejahteraan seseorang maka semakin tinggi juga sifat selektif orang tersebut. Misalnya karyawan dengan jabatan tidak terlalu tinggi masih mau mengonsumsi jajanan di pinggir jalan, sedangkan atasan berjabatan tinggi umumnya akan mengonsumsi makanan yang berasal dari restoran saja.

Takhyul
Terdapat sebagian kecil masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap takhyul berkaitan dengan makanan tertentu. Misalnya ada kepercayaan bahwa kesaktian dapat diperoleh dengan mengonsumsi cula badak (di Indonesia dan Cina).

Kebiasaan makan tersebut yang secara turun temurun diturunkan lama kelamaan akan membentuk suatu budaya makanan. Kebiasaan makan dan budaya secara timbal balik saling mempengaruhi satu sama lain.



No comments:

Post a Comment