Thursday 20 September 2018

Pesta Lomban di Jepara

Jepara merupakan salah satu wilayah di Jawa yang masih kental dengan budaya dan tradisi. Sebuah upacara tradisional "Sedekah Laut" atau "Pesta Lomban" masih dijalankan secara rutin oleh masyarakat Jepara. Sedekah Laut merupakan jenis upacara yang pada awalnya dilakukan para kelompok nelayan di Ujung Batu, Jepara sebagai ucapan syukur dan permohonan kepada penguasa laut. Para nelayan merasa bahwa sumber kehidupan mereka bergantung dari laut. Tradisi tersebut lama-kelamaan diikuti oleh masyarakat sekitar. Sedekah Laut dilaksanakan pada 8 Syawal (1 minggu setelah Idul Fitri).

Sedekah Laut terdiri dari beberapa rangkaian acara. Beberapa acara penting dalam Sedekah Laut yaitu larungan, perang teluk, dan festival kupat lepet.
a. Larungan merupakan prosesi melarungkan/menghanyutkan kepala kerbau dalam perahu disertai barang-barang lain seperti kupat dan lepet sebagai sesaji kepada penguasa laut.
b. Perang teluk merupakan prosesi kompetisi antara peserta Sedekah Laut dengan menggunakan kupat dan lepet sebagai amunisi/peluru. Perang Teluk ini diadakan untuk mengenang dan menghormati jasa Ratu Kalinyamat (salah satu tokoh legenda Jepara) yang telah berjuang melawan Malaka.
c. Festival kupat lepet merupakan acara yang diadakan untuk menggabungkan masyarakat pesisir dan agraris Jepara. Pada festival kupat lepet, disajikan kupat dan lepet dengan jumlah sesuai tahun diadakannya festival tersebut.

Dalam setiap upacara tradisional, terdapat makanan atau sajian penting yang identik atau menjadi ciri dari upacara tersebut. Upacara Sedekah Laut sendiri identik dengan kupat dan lepet. Kupat atau ketupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan pembungkus anyaman dari janur (daun kelapa yang masih muda). Sedangkan lepet merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan dan parutan kelapa yang dibungkus dalam janur. 

Kupat dan lepet tersebut tidak hanya sebagai sesaji dalam upacara tersebut, melainkan memiliki filosofi dan makna tersendiri. Berkaitan dengan Sedekah Laut yang diadakan 1 minggu setelah Idul Fitri, filosofi kupat dan lepet juga memiliki kaitan dengan Idul Fitri. Kupat memiliki 2 filosofi yaitu ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat bermakna bahwa seseorang harus meminta maaf kepada sesamanya jika melakukan kesalahan. Sedangkan laku papat menggambarkan 4 arti yaitu:
a. Lebaran dari kata lebar memiliki 2 arti yaitu pintu permintaan maaf telah dibuka lebar dan bahwa masa berpuasa telah usai atau selesai.
b. Luberan dari kata luber memiliki arti bahwa kita harus membagikan rejeki atau apa yang kita punya kepada sesama terutama bagi yang kurang beruntung.
c. Leburan dari kata lebur memiliki arti meleburkan atau menghancurkan dosa kita dengan saling meminta maaf dengan sesama.
d. Laburan dari kata labur yang berarti kapur memiliki arti bahwa hati para Muslim yang menjalankan puasa akan berubah menjadi putih dan bersih seperti layaknya kapur.
Sedangkan lepet memiliki filosofi yaitu dari bahasa Jawa "Silep Kang Rapet" yang berarti ditutup dengan baik dan rapat. Makna dari filosofi tersebut yaitu seluruh kesalahan yang telah diakui atau disebutkan maka harus disimpan dengan rapat dan tidak boleh diungkit kembali atau dibicarakan dengan orang lain.

No comments:

Post a Comment