Wednesday 21 November 2018

Artificial Burger

Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia, berarti kebutuhan akan pangan juga meningkat. Dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat global tersebut, diperlukan sumber-sumber pangan baru atau pangan alternatif. Pangan alternatif yang cukup populer yaitu burger artifisial. Bahan pembuatan burger artifisial tersebut beragam, salah satunya yaitu berbahan dasar serangga. Serangga disebut-sebut sebagai "pangan masa depan". Berbagai jenis serangga dimulai dari jangkrik, belalang, ulat sagu, hingga kalajengking banyak dikonsumsi pada beberapa daerah. Serangga merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sumber protein, yang mana berpotensi sebagai alternatif protein daging.

Larva Burger merupakan burger artifisial yang terbuat dari bahan dasar maggot (larva telur lalat). Maggot tersebut dicampukan dengan bahan pendukung lainnya untuk meningkatkan tekstur dan rasa menyerupai daging burger. Larva burger ini dinilai memiliki nutrisi lebih baik daripada daging burger asli karena mengandung protein tinggi (56%) dan lemak rendah (12-20%). Bahan dasar maggot dalam pembuatan burger diperoleh dari proses inkubasi telur lalat dengan menggunakan substrat sisa-sisa makanan (food waste). Penelitian menunjukkan waktu inkubasi optimum yaitu 4 hari karena dapat menghasilkan kadar protein tertinggi, sedangkan jika waktu inkubasi lebih dari 5 hari maka kadar protein larva dapat menurun.

Selain serangga, terdapat bahan lain yang dikembangkan sebagai bahan burger artifisial yaitu feses manusia. Ide Poop Burger ini dikembangkan oleh peneliti Jepang bernama Mitsuyuki Ikeda. Munculnya ide ini tidak hanya diawali permasalahan mengenai pangan alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan global, akan tetapi juga disebabkan masalah tersumbatnya saluran pembuangan. Feses dianggap sebagai bahan yang akan terus ada sehingga sangat berpotensi untuk dimanfaatkan. Proses pembuatan poop burger ini dilakukan dengan mengekstrak protein dari limbah feses kemudian dicampurkan bahan pendukung lainnya seperti roti dan rempah-rempah. Poop burger mengandung protein 63%; karbohidrat 25%; lemak 3%; dan 9% mineral. Kendala dari pembuatan produk ini yaitu biaya yang sangat tinggi karena dibuat dalam skala laboratorium. Ikeda berpendapat bahwa walau kini biaya produksi terlihat tinggi, jika burger ini diproduksi secara massal maka dapat menekan biaya produksi.

Image result for poop burger

Pembuatan pangan artifisial awalnya dianggap tidak diperlukan, akan tetapi mulai diperlukan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan pangan. Kedua jenis artificial burger tersebut menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Terlebih lagi, di negara-negara muslim, faktor kehalalan bahan dan proses merupakan salah satu kendala terbesar dalam produksi kedua jenis artificial burger tersebut.

No comments:

Post a Comment