Wednesday 14 November 2018

A Critical Review of Potential Pathways to Resolve The Global Food Crisis

Tulisan kali ini akan membahas mengenai jurnal yang membahas mengenai krisis pangan global. Jurnal tersebut ditulis oleh Fraser, dkk. (2016) dengan judul "Biotechnology or Organic? Extensive or Intensive? Global or Local? A critical review of potential pathways to resolve the global food crisis".

Seiring berjalannya waktu, diprediksikan bahwa jumlah penduduk dunia akan terus meningkat. Pertumbuhan populasi penduduk tersebut tidak selaras dengan pertumbuhan ekonomi, kemudian ditambah dengan masalah perubahan iklim, erosi tanah, kelangkaan air, dan lainnya yang berujung pada krisis pangan global. Krisis pangan global tersebut dapat disebabkan rendahnya produksi pangan dan/atau ketidakseimbangan pengaturan pangan yang dipengaruhi kekuatan politik dan ekonomi. Dalam jurnal ini dibahas 4 perspektif untuk mengatasi krisis pangan global, sebagai berikut.

1. Teknologi untuk meningkatkan produksi pangan
Pemanfaatan teknologi yang semakin berkembang dan canggih dipercayai dapat meningkatkan jumlah produksi pangan guna mengatasi krisis pangan global. Salah satu teknologi tersebut yaitu rekayasa genetika. Melalui rekayasa genetika, dapat diciptakan varietas tanaman yang resisten terhadap hama, penyakit, dan kondisi lingkungan lainnya sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Di India, penerapan teknologi rekayasa genetika telah berhasil menghasilkan tanaman padi yang tetap dapat tumbuh di tanah dengan kandungan fosfor rendah. Di sisi lain, rekayasa genetika dianggap tidak dapat mengatasi permasalahan krisis pangan global, karena dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan seperti kerusakan rantai pangan dan resistensi tanaman transgenik.

2. Distribusi pangan yang merata (keadilan dan distribusi)
Perspektif ini menyatakan bahwa penyebab krisis pangan global yaitu pada ketidakrataan distribusi pangan, terbukti dengan fakta bahwa 800 juta orang mengalami kelaparan dan di saat bersamaan sekitar 1,3 miliar orang mengalami obesitas. Distribusi pangan yang tidak merata tersebut disebabkan oleh kekuatan politik dan ekonomi yang didominasi beberapa pihak pemangku kepentingan. Dalam mencapai distribusi pangan yang merata, terdapat 3 strategi yang dapat dilakukan yaitu:
a. Mengurangi pemakaian tanaman pangan yang dapat dikonsumsi sebagai bahan bakar. Akan tetapi, di sisi lain, pembatasan pemakaian tanaman untuk bahan bakar dapat menyebabkan kenaikan harga bahan bakar yang pada akhirnya berujung pada kenaikan harga pangan.
b. Meningkatkan distribusi langsung melalui bantuan makanan dari negara yang memiliki banyak ketersediaan bahan pangan. Strategi ini jika dijalankan dalam waktu panjang dapat mengakibatkan masalah baru yaitu penurunan pendapatan petani-petani lokal.
c. Merubah pola makan dengan mengurangi konsumsi daging. Dengan demikian, lahan tempat pemeliharaan ternak dapat dimanfaatkan untuk menanam bahan pangan yang dapat dikonsumsi masyarakat.

3. Kedaulatan pangan lokal
Para ahli berpendapat bahwa salah satu pilar pusat ketahanan pangan yaitu kedaulatan pangan lokal yang melibatkan pertanian lokal, organik, dan beragam sebagai salah satu cara mengatasi krisis pangan global. Melalui lokalisasi tersebut, dapat meningkatkan hasil pertanian para petani lokal, menyediakan akses pasar, dan lainnya. Dengan demikian, diharapkan dengan tercapainya kedaulatan pangan lokal, juga dapat mengatasi krisis pangan global.

4. Kegagalan pasar, kebijakan dan peraturan
Dalam perspektif ini, dikatakan bahwa eksternalitas negatif merupakan salah satu hal yang mempengaruhi krisis pangan. Eksternalitas negatif merupakan dampak negatif dari aktivitas ekonomi. Beberapa bentuk eksternalitas antara lain subsidi yang tidak tepat, pembuangan pangan sia-sia (food waste), dan lainnya. Dalam mengatasi pembuangan pangan sia-sia, diperlukan kebijakan dan peraturan yang dapat membatasi konsumsi dan pembuangan pangan tersebut. Selain itu, juga dapat dilakukan proses pengolahan pangan yang tepat sehingga dapat menambah umur simpan produk dan meminimalkan kemungkinan produk rusak dan terbuang sia-sia.

Dari keempat perspektif tersebut, setiap perspektif memiliki argumen dari berbagai sudut pandang. Pemakaian hanya satu perspektif saja tidak dapat mengatasi permasalahan krisis pangan global. Oleh karena itu, diperlukan penggabungan prinsip dan ide dari setiap perspektif dengan mengesampingkan kepentingan masing-masing golongan guna mengatasi krisis pangan global.

No comments:

Post a Comment